Jumat, 31 Oktober 2014

Eceng Gondok









Eceng gondok atau nama latinnya Eichhornia Crassipes adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung, selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok memiliki nama lain sperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama ilung. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan yang bernama Carl Friedrich Philipp Von Martiu seorang ahli Botani berkebangsaan Jerman pada tahaun 1984 ketika sedang melakukan ekspedisi di sungai Amazon Brazil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini di anggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan, eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

Eceng gondok hidup mengapung  di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter, tidak mempunyai batang, daunnya tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya runcing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau, bunganya termasuk bunga majemuk, akarnya merupakan akar serabut. 

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrim dari ketinggian, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan enceng gondok sangat cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium.

Adapun akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain :
  • Meningkatnya  evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan pertumbuhannya yang cepat
  • Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan yang menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air.
  • Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun kedasar perairan sehingga mempercepat terjadinya pendangkalan.
  • Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai.
  • Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia
  • Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan  
Karena eceng gondok dianggap sebagai gulma yang mengganggu maka berbagai cara dilakukan untuk menanggulanginya, anrata lain :
  • Menggunakan herbisida
  • Mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari perairan
  • Memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuat kertas, kompos, biogas, kerajinan tangan, dan lain-lain..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar